Nama
lengkapnya adalah Ibrahim bin ‘Ali bin ‘Utsman bin Ya’qub
al-Marini, Abu Salim, Sultan al-Musta’in Billah. Ia merupakan salah satu penguasa
Bani Marin di al-Maghrib al-Aqsha, dari bani ‘Abdil Haqq. Saudaranya, Abu ‘Inan
(Persia), telah menyuruhnya ke al-Andalus dan menetap di sana hingga Abu ‘Inan
meninggal dan sebagai gantinya, anaknya yang masih kecil (Abu Bakr al-Sa’id
Billah) dibaiat. Kemudian Abu Salim menyeberang ke pantai daerah Ghumarah dan
penduduk Maghrib memintanya agar dibaiat dan mereka menerimanya.
Ada seseorang
bernama Hasan bin ‘Umar al-Faudawi yang menjadi pengelola kekuasaan Abu Bakr,
yang kemudian melakukan kudeta dan mencabut kekuasaan. Ia kemudian menghadap
Abu Salim untuk membaiatnya (tahun 769 H, kemudian ia tinggal di kota Fas (Fez)
baru). Salah satu ulama di masanya yang terkenal adalah sejarawan Ibnu Khaldun.
Abu Salim memberi Ibnu Khaldun kewenangan untuk menulis biografinya. Abu Salim
tidak percaya kepada Hasan al-Faudawi, yang kemudian diberi kekuasaan di
Marrakisy (Marrakech) agar menjauh darinya.
Hasan al-Faudawi
mengetahui apa yang dirasakan Abu Salim. Ia kemudian meninggalkan Marrakech dan
tinggal di Tadilah (Tadla) bersama dengan kelompok dai Bani Jasym. Tadla adalah
wilayah historis dan geografis Maroko , terletak di tengah negara, di utara
pegunungan Atlas Tinggi dan di barat Atlas Tengah. Ini adalah wilayah asal
kumpulan suku, populasi penggembala semi-nomaden yang eponymous, suku Tadla. Saat
ini wilayah sejarah Tadla sebagian besar merupakan bagian dari wilayah
administrasi Béni Mellal-Khénifra. Wilayah Tadla adalah salah satu wilayah
pertama Maroko yang ditaklukkan oleh umat Islam pada abad ke-7. Wilayah ini
relatif hijau dan memiliki potensi pertanian yang baik, demikian namanya,
Tadla, yang berasal dari kata Amazigh Amazigh atau Standar Maroko
"tadla" (ditulis:ⵜⴰⴷⵍⴰ) yang berarti "berkas"
(dari gandum).
Sultan Abu
Salim kemudian memerintahkan orang yang bersamanya untuk membawa Hasan, dan
kemudian dibunuh. Sultan kemudian segera ke Tilimsan (Tlemcen) dan menguasai
daerah tersebut. Ia juga menaklukkan Bani Zayyan. Abu Salim ingin menempati Qashabah
Fas (Kasbah Fez) lama, dan ia pindah ke sana. Ia menyuruh salah satu
menterinya, Umar bin ‘Abdullah al-Faudawi, menjadi penguasa di Fez baru.
Pada masa
ini, Sultan mengalami kesulitan. Diantaranya adalah ada kesepakatan dengan tentara
Nasrani bernama Garcia fils d’ Anatole (Gharsiyah bin Anathul) untuk
menggulingkannya. Garcia mengajak muwaswis (seseorang yang bicaranya tidak
jelas) dari Bani Marin bernama Tasyufin (dari anak penguasa ‘Ali bin ‘Utsman)
dan memberikannya lencana raja. ‘Umar al-Faudawi kemudian menyatakan revolusi
pada Abu Salim serta membaiat Tasyufin al-Muwaswis, menabuh genderang, para
tentaranya menjarah Baitul Mal dan terjadi kekacauan di daerah tersebut.
Abu Salim
mendengar hal tersebut, kemudian ingin mengatasinya tapi ia gagal. Tentaranya kemudian
tercerai berai. Abu Salim mengganti pakaiannya dan menuju lembah Waraghah. Namun
sebagian tentara ‘Umar al-Faudawi mengenalinya, kemudian mereka menangkapnya
dan membawanya di atas keledai. ‘Umar al-Faudawi memerintahkan untuk
membunuhnya dan kepalanya dibawa dan digantung di leher hewan.
Lisanuddin al-Khathib berkata: Sultan Abu Salim adalah orang yang tersisa dari Bani Marin, dan orang terakhir yang mempunyai kelembutan, malu dan jauh dari kejelekan. Ia berkuasa selama dua tahun tiga bulan lima hari.
Posting Komentar