Penguasa Maghrib: Abu Salim al-Marini (w. 762/1361)

Nama lengkapnya adalah Ibrahim bin ‘Ali bin ‘Utsman bin Ya’qub al-Marini, Abu Salim, Sultan al-Musta’in Billah. Ia merupakan salah satu penguasa Bani Marin di al-Maghrib al-Aqsha, dari bani ‘Abdil Haqq. Saudaranya, Abu ‘Inan (Persia), telah menyuruhnya ke al-Andalus dan menetap di sana hingga Abu ‘Inan meninggal dan sebagai gantinya, anaknya yang masih kecil (Abu Bakr al-Sa’id Billah) dibaiat. Kemudian Abu Salim menyeberang ke pantai daerah Ghumarah dan penduduk Maghrib memintanya agar dibaiat dan mereka menerimanya.

Ada seseorang bernama Hasan bin ‘Umar al-Faudawi yang menjadi pengelola kekuasaan Abu Bakr, yang kemudian melakukan kudeta dan mencabut kekuasaan. Ia kemudian menghadap Abu Salim untuk membaiatnya (tahun 769 H, kemudian ia tinggal di kota Fas (Fez) baru). Salah satu ulama di masanya yang terkenal adalah sejarawan Ibnu Khaldun. Abu Salim memberi Ibnu Khaldun kewenangan untuk menulis biografinya. Abu Salim tidak percaya kepada Hasan al-Faudawi, yang kemudian diberi kekuasaan di Marrakisy (Marrakech) agar menjauh darinya.

Hasan al-Faudawi mengetahui apa yang dirasakan Abu Salim. Ia kemudian meninggalkan Marrakech dan tinggal di Tadilah (Tadla) bersama dengan kelompok dai Bani Jasym. Tadla adalah wilayah historis dan geografis Maroko , terletak di tengah negara, di utara pegunungan Atlas Tinggi dan di barat Atlas Tengah. Ini adalah wilayah asal kumpulan suku, populasi penggembala semi-nomaden yang eponymous, suku Tadla. Saat ini wilayah sejarah Tadla sebagian besar merupakan bagian dari wilayah administrasi Béni Mellal-Khénifra. Wilayah Tadla adalah salah satu wilayah pertama Maroko yang ditaklukkan oleh umat Islam pada abad ke-7. Wilayah ini relatif hijau dan memiliki potensi pertanian yang baik, demikian namanya, Tadla, yang berasal dari kata Amazigh Amazigh atau Standar Maroko "tadla" (ditulis:ⵜⴰⴷⵍⴰ) yang berarti "berkas" (dari gandum).

Sultan Abu Salim kemudian memerintahkan orang yang bersamanya untuk membawa Hasan, dan kemudian dibunuh. Sultan kemudian segera ke Tilimsan (Tlemcen) dan menguasai daerah tersebut. Ia juga menaklukkan Bani Zayyan. Abu Salim ingin menempati Qashabah Fas (Kasbah Fez) lama, dan ia pindah ke sana. Ia menyuruh salah satu menterinya, Umar bin ‘Abdullah al-Faudawi, menjadi penguasa di Fez baru.

Pada masa ini, Sultan mengalami kesulitan. Diantaranya adalah ada kesepakatan dengan tentara Nasrani bernama Garcia fils d’ Anatole (Gharsiyah bin Anathul) untuk menggulingkannya. Garcia mengajak muwaswis (seseorang yang bicaranya tidak jelas) dari Bani Marin bernama Tasyufin (dari anak penguasa ‘Ali bin ‘Utsman) dan memberikannya lencana raja. ‘Umar al-Faudawi kemudian menyatakan revolusi pada Abu Salim serta membaiat Tasyufin al-Muwaswis, menabuh genderang, para tentaranya menjarah Baitul Mal dan terjadi kekacauan di daerah tersebut.

Abu Salim mendengar hal tersebut, kemudian ingin mengatasinya tapi ia gagal. Tentaranya kemudian tercerai berai. Abu Salim mengganti pakaiannya dan menuju lembah Waraghah. Namun sebagian tentara ‘Umar al-Faudawi mengenalinya, kemudian mereka menangkapnya dan membawanya di atas keledai. ‘Umar al-Faudawi memerintahkan untuk membunuhnya dan kepalanya dibawa dan digantung di leher hewan.

Lisanuddin al-Khathib berkata: Sultan Abu Salim adalah orang yang tersisa dari Bani Marin, dan orang terakhir yang mempunyai kelembutan, malu dan jauh dari kejelekan. Ia berkuasa selama dua tahun tiga bulan lima hari.

Posting Komentar