Salah satu ulama yang membuat syair tentang melapangkan keluarga di hari Asyura adalah Abdul Malik bin Habib (174 – 238 / 790 – 853), fakih Maliki dan ulama hadis dari Cordoba, al-Andalus. Ia membacakannya di depan penguasa al-Andalus pada waktu itu, yang kemungkinan adalah amir Abdurrahman II al-Ausaṭ bin Hisyam. Syairnya diriwayatkan oleh al-Maqqari dalam Nafh al-Thib min Ghusn al-Andalus al-Rathib:
لا تنس لا ينسك الرحمن عاشورا ... واذكره لا زلت في التاريخ مذكورا
قال النّبيّ صلاة الله تشمله ... قولاً وجدنا عليه الحقّ والنورا
فيمن يوسّع في إنفاق موسمه ... أن لا يزال بذاك العام ميسورا
"Jangan lupa, maka Allah Maha Pengasih tidak akan melupakanmu
Ingatlah Dia, engkau akan terus diingat dalam sejarah
Rasulullah telah bersabda tentang hadis
Yang mana sabdanya menjadi kebenaran dan cahaya
Yaitu tentang orang yang melapangkan dalam sedekah di waktunya
Maka pada tahun itu ia akan selalu mendapatkan kemudahan"
Dalam kitab Al-Bayan al-Mughrib fi Akhbaril Andalus wal Maghrib, Ibnu ‘Idzari meriwayatkan versi yang agak berbeda dengan riwayt al-Maqqari. Syairnya adalah sebagai berikut:
لا تنس لا ينسك الرحمن عاشورا ... واذكره لا زلت في الأخيار مذكورا:
من بات في ليل عاشوراء ذا سعة ... يكن بعيشه في الحول محبورا
فارغب فديتك فيما فيه رغبنا ... خير الورى كلهم حيا ومقبورا
"Jangan lupa, maka Allah Maha Pengasih tidak akan melupakanmu
Ingatlah Dia, engkau akan terus diingat dalam sejarah
Barang siapa yang masuk di malam Asyura dengan melapangkan sedekah
Maka dalam tahun itu ia akan hidup dalam kemudahan
Berharaplah, tanggunganmu juga ada pada harapan kami
Kepada Rasulullah, orang yang hidup dan mati berpegang pada sabda beliau"
Posting Komentar